Mengantre bukanlah hal yang aneh di Indonesia karena hampir setiap aktivitas kita disertai antrean, mulai dari antrean di jalanan, di kasir, bahkan di toilet sekalipun. Mengantre adalah aktivitas yang membosankan dan kerap membuat orang kesal, emosi dan frustasi.
Karena biasanya orang merasa bahwa mereka mengantre lebih lama dari sesungguhnya. Antrean yang hanya memakan waktu 15 menit terasa seperti mengantre 1 jam. Dari situ kta bisa mengartikan bahwa mengantri itu adalah sesuatu yang menyebalkan, menyakitkan, mengganggu, dan memakan waktu.
Berikut adalah faktor-faktor yang menjelaskan kenapa kita tidak suka mengantre:
Waktu yang terisi terasa lebih pendek daripada waktu yang kosong
Peneliti operasi dari MIT, Richard Larson, menjelaskan bahwa waktu yang terisi dengan kegiatan (berjalan ke tempat lain) akan terasa lebih singkat dibandingkan dengan waktu yang kosong (menunggu di antrean). Kebanyakan rumah sakit menyediakan TV atau bacaan untuk mengalihkan perhatian pasien yang menunggu.
Ketidaksabaran orang untuk memulai kegiatan
Sebagian besar orang tidak mau menghabiskan waktu untuk memulai kegiatan, entah itu memesan makanan di restoran ataupun menelepon customer service di sebuah perusahaan. Ketidaksabaran ini sebenarnya berasal dari ketakutan terlupakan oleh orang lain. Oleh karena itu, pelayan restoran selalu memberikan menu makanan terlebih dahulu sebelum pergi untuk melayani orang lain.
Kegelisahan orang memperpanjang waktu antrean
Antrean akan terasa lebih lama jika seseorang merasa telat memilih jalur paling lambat di gerbang tol. Seperti halnya dalam membeli tiket pesawat, menunggu akan terasa lebih panjang jika seseorang takut dia tidak akan mendapatkan kursi.
Situasi yang tidak familiar membuat antrean tampak lama
Pasien akan mengantre dengan lebih tenang jika suster mengatakan, ”30 menit lagi dokter akan datang memeriksa Anda,” dibanding ketika suster mengatakan, ”Dokter akan datang segera.” Hal tersebut memberikan ilustrasi yang dapat ditemukan di kesibukan tiap hari: Jika saya datang ke suatu tempat 30 menit lebih awal, saya akan menunggu dengan sangat sabar, tetapi tiga menit setelah waktu yang dijanjikan lewat, saya akan mulai merasa kesal.
Antrean yang tidak adil terasa lebih lama
Aturan “siapa cepat, dia dapat” memang bagus jika diterapkan. Kita datang, mengambil nomor antrean di loket kemudian duduk dan menunggu gilirannya dengan sabar sampai dipanggil.
Namun sayangnya, hal ini jarang terjadi karena selalu ada saja orang yang mempunyai “kepentingan darurat” dan harus dipersilakan maju lebih dahulu. Melihat hal ini, pelanggan yang lain menjadi kesal karena diperlakukan tidak adil. Semakin berharga suatu layanan, semakin lama kita akan mengantre.
Kita akan rela menunggu lebih lama untuk berbicara kepada dokter daripada kepada petugas. Seperti halnya dengan toko iBox, ribuan orang rela antre hinga berdesak-desakan untuk mendapat iPhone terbaru.
Mengantre bersama lebih cepat daripada mengantri sendiri
Mengantre bersama membuat antrean terasa lebih cepat karena waktu dilewatkan dengan berbincang dengan teman. Pada dasarnya orang ingin merasa bahwa waktu mereka berharga dan tidak mau menyalahgunakan waktu tersebut, oleh sebab itu seringkali orang kesal jika harus mengantre. Lakukanlah berbagai aktivitas atau kegiatan yang bisa membuat kita nyaman dan tidak merasakan jalannya waktu.
Qiwii membuat kamu tetap bisa mengantri tanpa perlu harus berada di lokasi antrian atau layanan. Kami mengembangkan teknologi antrian online yang dapat membantu kamu mengantri, mendapatkan nomor antrian dan memonitor antrianmu. Sehingga kamu bisa langsung datang dan dilayani tanpa perlu mengantri lagi.Segera unduh aplikasi Qiwii ke ponsel kamu dari Playstore sekarang juga dan rasakan efektif dan efisiennya mengatri dari mana saja tanpa emosi dengan Qiwii. Kunjungi website Qiwii qiwii.id