preloader

Apa sih yang Dipikirkan Oleh Penyerobot Antrean?

A kid wondering and confused

Tadinya hari begitu panas, lalu tiba-tiba hujan. Langit yang awalnya terang benderang, kini meredup. Rasanya Anda sudah mengantri lama sekali, sejak matahari masih begitu terik hingga sekarang hujan deras sudah turun, tapi belum juga mendapat giliran. Orang-orang yang mengantri di depan semakin tidak sabar, yang mengantri di belakang Anda semakin cemas. Bagaimana kalau keburu tutup? Bagaimana kalau malah tidak dapat yang sedari tadi dinantikan dengann susah payah? Ditambah lagi, kini semua tempat bisnis tutup lebih awal dikarenakan pandemi.

Tiba-tiba, di tengah antrian yang sudah tidak lagi kondusif itu, orang yang mengantri tepat di belakang Anda menyamping sedikit lalu maju perlahan-lahan, jelas-jelas berusaha menyerobot antrian. Anda terdiam esaat karena kaget dan tidak habis pikir.  Sesaat, Anda berpikir untuk membiarkannya, tapi lama-kelamaan kekesalan Anda semakin terbangun hanya dengan melihat punggung dari sosok penyerobot itu.

Anda menghela napas dan mengumpulkan keberanian. Anda telah memutuskan untuk menindak orang ini. Lantas Anda menepuk pundak orang tersebut dan angkat bicara sesopan mungkin, berusaha menyembunyikan kekesalan yang meluap-luap di dalam hati.

“Permisi, tadi Saya di sini duluan,” ucap Anda, sambil diam-diam berdoa agar orang itu langsung saja kembali ke tempatnya dan tidak membalas Anda hingga membuat keributan. Anda bisa merasakan mata orang-orang di sekitar Anda tertuju pada Anda dan orang itu.

Untungnya, orang itu membuang muka seraya kembali ke tempatnya!

Perasaan Anda campur aduk antara sangat lega tapi masih jengkel dan tidak habis pikir.

Pernahkah Anda mengalami hal yang tampak sepele namun menjengkelkan setengah mati seperti cerita di atas? Sebenarnya apa sih yang dipikirkan orang-orang yang dengan nekatnya menyerobot antrian seperti itu?Apa mereka tidak merasa malu?

Ternyata, ada loh yang pernah membuat sebuah percobaan tentang ini!

Seorang piskolog, yang terkenal dengan studinya mengenai kemauan orang-orang untuk mematuhi yang berwenang terhadap etika pribadi, bernama Stanley Milgram membuat sebuah percobaan tentang line-cutter atau yang juga dikenal dengan sebutan penyerobot antrian.

Pada tahun 1980, Milgram menyuruh beberapa siswa untuk menyerobot antrian di sebuah antrian tiket, tanpa alasan yang jelas. Setengah dari percobaan, tidak ada yang protes, akan tetapi para siswa yang ikut serta dalam kegiatan menyerobot mengaku tidak menyukai hal ini. Mereka merasa cemas dan malu.

Hal ini membuat Milgram berhipotesis bahwa ketidakinginan seseorang untuk menyerobot adalah sebuah perhitungan logis mengenai harga sosial yang harus dibayarkan bila menyerobot, misalnya malu, atau bahkan kemungkinan diserang secara verbal bahkan fisik oleh orang yang ia serobot, dan pada akhirnya ia masih juga harus mengantri dari belakang.

Ketakutan yang sama juga ternyata terjadi pada orang-orang yang diserobot. Beberapa orang membiarkan dirinya diserobot untuk menghindari keributan yang kemunngkinan akan terjadi, ketakutan akan serangan verbal atau fisik dari penyerobot yang gigih tidak mau mengaku salah dan kembali ke tempatnya, dan setelah itu tetap kehilangan gilirannya.

Wah, wah, jadi bisa disimpulkan dari penelitian di atas bahwa pada umumnya, orang akan merasa malu dan cemas untuk menyerobot antrian, tapi pada kenyataannya, ada saja ya orang yang tetap nekat menyerobot antrian. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tipe yang menegur penyerobot antrian atau tipe yang membiarkan orang merebut antrian Anda walaupun dengan berat hati? Pernahkah Anda diserobot atau malah nekat menyerobot pada saat mengantri? Atau Anda lebih memilih cara paling simple dan modern dengan menggunakan aplikasi antrian online Qiwii? Yuk, ceritakan pengalaman mengantri Anda yang paling berkesan di kolom komentar di bawah!

 

 

Source

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *