Bersikap sopan dan peduli tentang sesama adalah beberapa karakteristik yang penting untuk selalu diterapkan. Tapi kenyataannya, kita seringkali kesulitan untuk bisa tertib, bahkan dalam hal-hal yang sederhana sekalipun. Taat antrian adalah salah satu contoh yang paling bagus karena dalam prakteknya sering sekali disepelekan padahal ini kebiasaan yang baik untuk dilakukan.
Entah sebagai pelaku atau sekedar melihat, kamupasti juga pernah mengalami ini. Misalnya saat lagi antri mau bayar di minimarket atau nunggu giliran beli tiket kereta di stasiun, selalu ada saja oknum-oknum yang nyelonong ke depan seakan tidak ada orang-orang lain di belakangnya. Bayangkan kamu sudah sabar-sabar antri setengah jam lalu tiba-tiba ada orang lain yang dengan santainya minta dilayani duluan.
Pastinya tidak ada yang senang dipotong ketika sedang ngantri, tapi nyatanya ini masih sering terjadi. Mungkin kamu juga pernah, sadar atau gak sadar, melakukan ini. Kenapa ya?
Takut Telat
Kadang kita menyerobot antrian ketika sedang terburu-buru. Kita ngerasa gak enak bikin orang menunggu, dan akibatnya fokus kita hanya ada pada mencapai tempat tujuan secepat mungkin. Seringkali kita kurang memikirkan konsekuensi dari tindakan kita ketika berada dalam situasi yang “genting”.
Ketika sedang buru-buru, kita kerap kehilangan perspektif yang lebih luas. Padahal bisa saja orang-orang yang kita serobot antriannya ternyata punya situasi yang lebih atau sama gentingnya. Gak ada yang tahu. Kalau lain kali kita sepertinya bakal telat, mendingan mundur aja jam ketemuannya sekalian. Diserobot ketika sedang mengantri itu gak enak loh.
Waktu Terasa Lambat Ketika Mengantri
Sebuah studi menjelaskan bahwa mengantri 15 menit bisa terasa seperti satu jam. Bahwa waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan akan terasa lebih singkat dibanding waktu yang kosong seperti menunggu dalam antrian. Gak heran banyak tempat menyediakan hiburan seperti TV atau majalah bagi orang-orang yang sedang mengantri.
Alhasil mengantri bisa membuat kita merasa gelisah dan tidak sabar, apalagi bagi kita yang sibuk dan punya banyak aktivitas. Kita tidak sabar untuk bisa lanjut ke kegiatan atau tugas berikutnya, dan mengantre terasa seperti aktivitas yang menghabiskan waktu berharga.
Gak Enakan
Konsekuensi dari segala sesuatu yang berbau norma biasanya sifatnya sosial. Ketika kamu gagal ikut mengantri, jangan heran kalau ada orang yang menegur. Tapi di sisi lain, kecenderungan masyarakat kita yang gak enakan dan menghindari konfrontasi, seringkali menjadi dilema. Kita menyadari ada hal-hal yang seharusnya tidak dibiarkan begitu saja, tapi kita jadi segan dan sungkan buat negornya.
Mulai dari yang sedang mengantri dan sedang melayani, semuanya sungkan. Alhasil budaya mengantri yang ideal jadi kadang sulit diterapkan. Awalnya gak enakan dan sungkan, lama-lama semakin tidak enak karena antrian makin panjang.
Ketidakpastian
Gak seperti menunggu kereta yang sudah terjadwal jam berangkatnya, mengantri menawarkan banyak ketidakpastian. Kamu gak akan pernah bener-bener tahu berapa lama kamu akan terjebak dalam sebuah antrian. Semakin lama waktu berlalu, kamu akan semakin gelisah, karena masih banyak hal yang harus kamu bereskan di hari itu. Mengantri bukanlah sesuatu yang bisa ditebak lama durasinya, dan itu tidak menyenangkan.
Qiwii dapat membuat kamu tetap bisa mengantri tanpa perlu harus berada di lokasi antrian atau layanan. Kami mengembangkan teknologi sistem antrian dan mesin antrian yang dapat membantu kamu mengantri, mendapatkan nomor antrian dan memonitor antrianmu. Sehingga kamu bisa langsung datang dan dilayani tanpa perlu mengantri lagi. Segera unduh aplikasi Qiwii ke ponsel kamu dari Playstore sekarang juga. Kunjungi website Qiwii qiwii.id