Budaya antri di Indonesia masih menjadi suatu masalah serius yang belum terpecahkan dari dulu hingga saat ini. Hal tersebut dapat kita dijumpai di banyak kesempatan, terlebih di fasilitas umum, seperti toilet, SPBU, loket tiket, dan masih banyak lagi.
Meski terdengar sepele, namun kenyataannya tidak sedikit orang lebih memilih menerobos daripada harus sabar menunggu antrian. Kebanyakan budaya antri di Indonesia bisa kita jumpai jika ada peraturan ketat atau tindakan tegas. Hal ini sangat disayangkan, karena budaya antri secara tidak langsung dapat mencerminkan kepribadian Bangsa Indonesia.
Sebagai contoh kasus yang memprihatinkan seputar antrian, yakni banyaknya orang yang terluka bahkan meninggal saat pembagiam zakat, sembako atau bantuan sosial lainnya untuk rakyat yang tidak mampu. Seakan-akan uang yang hanya puluhan ribu rupiah setara dengan resiko atau krumunanorang yang tak tertib dan berbaris. Meskipun sudah dipasang pagar besi atau pembaas lainnya, masih ada orang yang melanggar antrian yan sudah di tetapkan pihak panitia.
Menurut dokter ahli bedah saraf, Ryu Hasan, seperti halnya sopan santun dan membuang sampah pada tempatnya, budaya antri hanya bisa tercapai dengan pembiasaan sejak dini. Dokter ahli neurosains ini mengatakan, budaya antri tidak bisa tercapai hanya dengan ancaman atau himbauan, karena jika hanya dengan cara tersebut, maka orang-orang akan taat saat mereka diawasi oleh petugas. Namun saat tidak ada pengawas, maka orang-orang yang tidak terbiasa antri akan tetap melanggar aturan tersebut.
Untuk menanamkan sifat kebiasaan antri pada warga Indonesia sangatlah tak mudah, perlu adanya sosialisasi dan pendidikan di tengah masyarakat tentang budaya antri, kadang kala budaya antri sendiri telah di remehkan. Secara alami budaya antri bisa ditanamkan pada seseorang saat dia masih kecil ataupun dewasa. Perlunya pemahaman akan pentingnya mendahulukan kepentingan bersama daripada diri sendiri.
Itulah alasan mengapa anak-anak kecil harus dibiasakan antri sejak usia dini. Mereka harus diajarkan tentang simpati dan empati kepada orang lain. Kebiasaan tersebut bisa diajarkan dengan cara dipraktekan langsung di fasilitas umum. Dengan begitu, maka anak usia dini akan terbiasa mengantri hingga usia mereka dewasa.
Memang masyarakat Indonesia masih perlu proses yang cukup panjang untuk membiasakan budaya antri, namun bukan berarti hal itu tidak dapat tercapai. Kita hanya perlu membiasakan diri dan berani untuk menegur siapa pun yang menerobos antrian.
Pasti sangat menyenangkan jika semua orang bisa tertib dan membiasakan budaya antri, khususnya di fasilitas umum. Dengan antri sesuai giliran, tidak hanya menghargai orang lain saja, secara tidak langsung kita juga menghargai diri kita sendiri.
Qiwii dapat membuat kamu tetap bisa mengantri tanpa perlu harus berada di lokasi antrian atau layanan. Kami mengembangkan teknologi sistem antrian dan mesin antrian yang dapat membantu kamu mengantri, mendapatkan nomor antrian dan memonitor antrianmu. Sehingga kamu bisa langsung datang dan dilayani tanpa perlu mengantri lagi.Segera unduh aplikasi Qiwii ke ponsel kamu dari Playstore sekarang juga dan rasakan efektif dan efisiennya mengatri dari mana saja tanpa emosi dengan Qiwii. Kunjungi website Qiwii qiwii.id